Selasa, 06 November 2018

APA YANG SEBENARNYA KUCARI?

APA YANG SEBENARNYA KUCARI?

Jaminan kerja di perusahaan ternama?
Memiliki pengalaman tinggi di luar negeri?
Ingin membuktikan kepada orang-orang bahwa aku mampu hidup mandiri?
Ingin membuktikan bahwa hidupku lebih baik daripada mereka yang pernah merendahkanku?
Ingin posting gambar di instagram?
Mengapa aku sedangkal ini?
Apa yang sebenarnya kucari?

Dan, bila memang aku telah mendapatkan semua itu, lalu apa? Apakah itu kesuksesan yang nyata? Atau kamuflase yang terlihat indah di instagram?

Jika kesukssan adalah mendapat deretan nilai sempurna, dukungan dosen untuk melanjutkan kuliah, IPK cum laude, maka aku sudah sukses.

Sayangnya, kesuksesan tidak sedangkal itu. Perjuangan sesungguhnya baru akan terjadi setelah kita lulus. Dan, satu-satunya yang kuketahui setelah lulus adalah “aku tak ingin memiliki pekerjaan yang sesuai dengan jurusan kuliahku”. Ini adalah strategi terbodoh, aku tau. Mungkin jurusan kuliahmu dibutuhkan di banyak bidang di Indonesia. Namun, nanti, setelah kamu lulus, kamu akan tau betapa bedanya dunia pekerjaan dengan apa yang kamu pelajari di bangku kuliah. Keahlian dan minatku, saat itu, terletak pada pemahaman algoritma, system analisa, dan hal-hal yang cenderung akademik. Namun, di Indonesia, pasar untuk jurusan ini sangat berbeda dengan apa yang kuminati. Kantor-kantor di Indonesia membutuhkan sesuatu yang sebenarnya umum dan mudah, seperti pengembang web dan aplikasi, yang sayangnya bukan keahlianku, bukan sesuatu yang kuminati.  Aku tak ingin dating ke sebuah perusahaan, berbohong kepada diriku sendiri dan perusahaan, bahwa aku menyukai ini, Because I won’t.

Dulu, orang-orang pernah bilang “Jurusan ini penting, dibutuhkan banget sama banyak orang.” Namun, mereka tak pernah mengingtkanku bahwa, meski ini dibutuhkan oleh banyak orang, itu tak menjamin apa-apa. Contohnya, lihat aku, minat dan keahlianku berbeda dengan apa yang dibutuhkan banyak orang. Untuk mendalami keahlianku dan bisa tereksekusi dengan baik, aku butuh melanjutkan kuliahku di jenjang S2, dimana saya pun ingin melakukannya, tetapi finansial adalah masalah utama, saat ini. Sementara itu, melihat lowongan pekerjaan hanya menyakiti hatiku karena tak pernah sesuai dengan keahlianku.

Lalu, suatu hari, aku mencoba berkontemplasi. Membayangkan bila aku tak pernah memilih jurusan ini.

Katakanlah, aku memilih jurusan kedokteran. Aku yang polos dan terombang-ambing pasti akan berkata, “enak ya mereka yang kuliah kedokteran. Meskipun kuliahnya lama dan susah, tapi tetap dibutuhkan sama masyarakat. Kehidupannya jelas.” Namun, kini aku lebih dewasa dan bisa melihat lebih jelas: tak ada yang menjamin di dunia ini. Aku tau beberapa dokter yang harus rela di bayar sekitar satu juta diawal karirnya. Padahal, dia telah belajar bertahun-tahun, mengikuti coass yang teramat melelahkan, dan dia rela mengabdi kepada masyarakat dan memerima gaji, yang bagi orang-orang lain, kecil. Aku tau para dokter yang harus rela berpisah jauh dari keluarganya dalam waktu yang lama atau bahkan tidak ditentukan, untuk pergi ke pedalaman, mengabdi di sana.

Katakanlah, aku memilih jurusan Teknik Pertambangan. Aku yang putus asa pasti berkata, “Yah, namanya juga hidup, ngga ada yang enak. Harusnya aku melawan rasa takutku dan memilih jurusan ini. Toh, rasa sulitnya terbayar dengan tabungan yang berlimpah”. Namun kini, aku lebih dewasa dan bisa melihat lebih jelas: tak ada yang menjamin di dunia ini, kita bisa melihat bahwa harga minyak telah mengalami penurunan, sumber daya alam ini akan habis pada suatu masa. Negara arab Saudi, sebagai salah satu Negara dengan minyak yang berlimpah, telah merencanakan Saudi Vision 2030, dengan harapan menemukan sumber pemasukan utama lain selain minyak, yang akan habis.

Katakanlah, aku memilih jurusan yang sesuai dengan minatku, seni. Aku yang polos dan terombang-ambing pasti berkata, “Enak ya, bisa kuliah di jurusan yang cocok sama minat.” Namun kini, aku lebih dewasa dan bisa melihat lebih jelas: tak ada yang menjamin di dunia ini. Mungkin aku menyukainya, tapi ini bukanlah jalan yang mudah. Akan ada kejenuhan yang tak terelakkan. Selalu ada momen yang membuat ingin menyerah, mencari sesutau yang lebih baru, yang lebih menyenangkan dari itu. Selau ada orang-orang yang mengintimidasimu, “Nggak bisa lho, selamanya hidup dari seni.”

Dan sampai di sini, aku tiba di satu poin: memang, tidak ada yang menjamin di dunia ini. Mau kamu berada di jurusan Kedokteran, Teknik atau apapun itu, sungguh itu tak menjamin kesuksesan dalam hidupmu.

Dan, kesuksesan seseorang di masa depan nanti sama sekali tak ada hubungan dengan jurusan yang dipilih. Namun, akan ada orang yang sukses, sesuai dengan jurusan yang dipilihnya. Semua sudah ada bagiannya, terjamin, oleh Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa atas Segala Sesuatu. Kita saja yang belum tau apa yang terjadi di halaman berikut dari buku kehidupan kita. Tetapi Allah sudah tau yang terbaik untuk kita. Dan, Dia Maha Mengeahui, sedangkan kita tidak.

Dan, jika, suatu saat nanti aku tidak pernah berkeliling dunia dan tak pernah mendapatkan apapun yang diinginkan, berarti itu bukan jalan kesuksesanku. But there must be another way. Kalau tidak di sini, bukan di dunia ini, tak masalah. Yang terpenting, bagiku adalah, kesuksesan yang permanen, yang hanya ada di Kehidupan Setelah Kematian.

So, yah. Bagiku, kesuksesan di dunia ini adalah bisa merasa cukup. Dan, lihat, bukankah makna kesuksesan tak ada hubungannya dengan jurusan yang kau pilih?

Maka, pilihlah sesuatu yang paling menarik hatimu secara keilmuan. Setelah kamu menetukan pilihanmu, sungguh-sungguhlah dalam belajar. Jika kamu tidak memahaminya, jangan menyerah. Jika kamu tidak menyukainya, belajarlah untuk meyukainya.

Karena sungguh, meski aku menghabiskan empat tahun belajar sesuatu yang pada akhirnya tidak kutekuni untuk saat ini, aku tidak menyesal sedikit pun. Aku bisa melanjutkan S2, hingga S3 jika waktu yang tepat telah tiba. Dan, pada akhirnya, tak ada penyesalan bagi orang-orang yang belajar. Mereka belajar, so they find something.

Aku mensyukuri segala hal yang telah terjadi, semuanya.