Bachelor Of Science, Physics Major, Mathematics and
Science Faculty.
A.
Phisics Major
"Fisika adalah Raja dari Segala Ilmu Pengetahuan". Seluas apa
jagat raya ini, seluas itulah ilmu fisika.
Fisika itu ada dalam beberapa ilmu pengetahuan lainnya. Dimana-mana ada fisika. Dalam keseharian kita saja ada banyak fisika. Bahkan mulai dari bangun tidur hingga kita tidur kembali, ada bagitu banyak perlakuan fisika dalam diri kita. Mulai dari gerak, gaya, usaha dan lain sebagainya. Hal itu yang membuat fisika itu sangat menakjubkan.
Pernah suatu ketika saya berdiskusi dengan
seorang dosen fisika, beliau sangat inspiratif.
Inilah ringkasan diskusinya :
“kita ini
beruntung lho bisa belajar fisika dan kuliah di jurusan Fisika FMIPA. Di sini
kita belajar semua, lulus dari sini kita bebas milih mau jadi apa aja. Bagi
yang suka mengajar, kita bisa jadi guru. Bagi yang suka penelitian, bisa jadi
peneliti, dosen, penggiat IT, dan apa saja yang kita mau. Bebas milih di sini.
Kalo kamu mau ambil S2, kita yang lulusan fisika bisa ambil banyak jurusan. Mau
ambil geofisika, Teknik Elektro, Teknik Mesin, Ilmu Material, Geologi, dan yang
lainnya bisa-bisa aja. Dan itu memang related. Berbeda dengan mereka yang
belajar di fakultas teknik, mereka gak bisa ambil program master untuk jurusan
Fisika. Karena fisika itu akarnya ilmu pengetahuan. Tapi fisika bisa menggapai
bidang-bidang ilmu lainnya. Itulah keuntungan kita yang belajar di jurusan
fisika, kita berbeda, kita spesial”.
Jurusan Fisika terbagi menjadi 3 Jenis, ada
Teknik Fisika, Fisika Murni dan Pendidikan Fisika.
Apasih Teknik Fisika itu?
Teknik Fisika adalah ilmu yang menjembatani
antara Teknik dengan MIPA. Disini kita mempelajari semua ilmu di bidang
ke-Teknikan, sebagai contoh: pada semester 1 biasanya akan mendapatkan mata
kuliah Gambar Teknik. Awalnya mungkin itu cuma sekedar Gambar benda dan
desain AutoCAD, tapi ternyata disamping itu kita diajarkan mengenai PnID
(Piping and Instrumentation Drawing), dimana PnID ini merupakan mata kuliah
Teknik Kimia pada semester VII. Setelah itu, kita dapet Mekanika Fluida,
Termodinamika, Elektronika Analog, Sistem Digital, Fisika Bangunan, Fisika Material,
dlsb dimana semua itu merupakan mata kuliah dari Teknik Mesin, Teknik Elektro,
dan Teknik Sipil. Namun yang kita pelajari adalah fundamental dari
ilmu-ilmu tersebut.
Kenapa Teknik Fisika itu mempelajari secara
Fundamental?
Ibarat sebuah bangunan, bangunan yang kokoh
tidak akan berdiri tanpa fundamental dasar bangunan yang kokoh dan kuat. Jadi,
disini kalian akan dipaksa untuk memahami semua fundamental ilmu Teknik yang
ada. Hal ini bukan berarti kita tidak memiliki konsentrasi sendiri dalam bidang
Teknik Fisika. Konsentrasi Teknik Fisika sendiri ada pada bidang Instrumentasi
Industri, Teknik Kontrol, Energi terbarukan, dan Akustika Bangunan, CMIIW.
Sangatlah berat untuk menjadi seorang Insinyur Teknik Fisika, sebagai contoh kita ambil Teknik Kontrol. Ketika saya ingin mengontrol sesuatu, kita haruslah
paham betul dengan hal yang akan saya kontrol. Orang yang pandai dalam Teknik
Kontrol ini bukanlah Insinyur biasa, layaknya Insinyur Teknik lainnya, tetapi
Insinyur yang telah menguasai dalam bidang yang akan dia Kontrol, karena dalam
mengontrol sesuatu, orang tersebut haruslah fasih dalam segala hal terkait
bidang tersebut.
Ironisnya, peminat Teknik Fisika di Indonesia
ini masih terbilang sedikit yang mungkin orang berpikir akan sangatlah susah
dalam bidang Teknik Fisika ini. Di luar negeri, Teknik Fisika sendiri memiliki julukan sebagai MOTHER OF ENGINEERING, dan hanya orang-orang
tertentu yang bisa memasuki jurusan ini.
Dalam lahan kerja, kesempatan untuk bekerja di
perusahaan industri Oil&Gas juga terbuka luas untuk lulusan ini, terutama
dalam bidan Kontrol dan Instrumentasi, oleh karena itu, tidak heran jika kita
dikenal sebagai Instrumental Engineer.
Apa bedanya antara Fisika MIPA dengan Teknik
Fisika?
Jelas beda, walaupun di Fisika MIPA juga sering
membuat alat seperti sensor, dlsb, Teknik Fisika adalah Fisika yang mendasari
ilmu Teknik. Disini, pola pikir kalian sebagai "calon" Insinyur
dibentuk, dari mulai dalam menyelesaikan permasalahan dalam lapangan, dalam
menyelesaikan masalah, dan dalam melakukan analisis serta perhitungan. Dalam
Fisika MIPA, kalian hanya belajar secara teori dan menyelesaikannya secara
hitungan dengan rumus-rumus tertentu. Pada Teknik Fisika, kalian tidak hanya
mengerti secara teori, tetapi langsung dihadapkan dengan kasus tertentu dan
bagaimana cara menganalisis kasus tersebut dengan berbagai asumsi sebelum
mendapatkan sebuah persamaan yang akan kalian gunakan dalam menyelesaikan kasus
tersebut, hingga mendapatkan sebuah hasil dari eksperimen tersebut.
Bagaimana dengan jurusan pendidikan fisika?
Jelas dong, namanya juga pendidikan pasti di
fokuskan untuk menjadi Pengajar baik di Sekolah maupun Universitas. Tapi di
dalamnya kita tetap mempelajari semua tentang fisika kok, hanya saja ada
penambahan mengenai bagaimana cara mengajar, menangani murid, menyusun RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan lain sebagainya.
Menarik bukan?
Selain itu, banyak proffesor-proffesor lulusan
dari Teknik Fisika ini mendirika jurusan-jurusan Teknik lain, selain Teknik
Fisika. Sebagai contoh, jurusan Teknik Elektro di beberapa Universitas
didirikan oleh alumni Teknik Fisika, tetapi peminat Teknik Elektro di Indonesia
lebih tinggi dari Teknik Fisika. Mengapa demikian? Kembali kepada pemikiran
orang Indonesia, mereka lebih berminat untuk memilih Teknik Elektro karena
sudah terlihat bagaimana mereka bekerja nantinya.
B. Alumni Jurusan Fisika.
saya kuliah di Jurusan Fisika
FMIPA Unila angkatan 2012, saya sering mendengar berbagai pertanyaan tentang
jurusan yang saya ambil.
“Jurusan fisika? Pendidikan ya?”
“Saya ambil yang murni.”
“Kenapa ambil yang murni?”
“Kalau Pendidikan Fisika. Lulusannya jadi guru fisika di sekolah.
“Saya ambil yang murni.”
“Kenapa ambil yang murni?”
“Kalau Pendidikan Fisika. Lulusannya jadi guru fisika di sekolah.
“Lantas, kalau lulus fisika murni bisa
jadi apa?”
“Banyak.
Bisa jadi peneliti (BATAN, LIPI, BPPT), dosen. Kerja di perusahaan juga bisa.”
Penjelasan seperti itu tak serta merta membuat
orang paham. Banyak yang mengira bahwa yang bisa bekerja di industri itu hanya
lulusan fakultas teknik. Setelah belasan tahun berlalu, sepertinya situasinya
tak banyak berubah. Orang masih menganggap jurusan fisika itu tak banyak
mendapat tempat di dunia kerja. Bahkan para mahasiswa fisika sendiri mungkin
berpikir begitu.
Saya sekarang bekerja di perusahaaan eksport import
pengolahan hasil bumi. Pekerjaan ini sama sekali tidak ada hubungan dengan ilmu
fisika. Hal itu menunjukkan bahwa spektrum lapangan kerja yang bisa dijalani
oleh lulusan jurusan fisika sangat beragam.
Tapi
mengapa lulusan jurusan fisika sering dianggap tidak laku bekerja, khsususnya
di dunia industri? Beberapa hal patut kita duga sebagai penyebabnya.
Pertama, dunia industri sepertinya tidak mendapat
ekspos memadai terhadap jurusan fisika. Perusahaan misalnya lebih membuka diri
untuk mempekerjakan lulusan kimia dibanding lulusan fisika. Banyak lulusan
kimia yang diterima bekerja di bidang quality control atau pengembangan produk.
Padahal kompetensi lulusan fisika dan kimia tidak berbeda jauh, khususnya dalam
konteks pekerjaan di industri, yang kebanyakan hanya memerlukan kompetensi
pengukuran tingkat dasar.
Kedua, jurusan fisika sendiri jarang
menampilkan diri sebagai jurusan yang punya kompetensi untuk bekerja di dunia
industri. Pengelola sepertinya tidak secara khusus memberi penekanan soal
kompetensi itu. Kurikulum sepertinya masih tidak punya tekanan khusus.
Akibatnya, mahasiswa tidak punya visi yang jelas untuk bekerja di dunia
industri, dan tidak percaya diri dalam hal itu.
Ketiga, mahasiswa fisika banyak yang tidak
menguasai skill lain yang dibutuhkan untuk bekerja di dunia industri, salah
satunya kemampuan bahasa Inggris. Waktu saya pernah ikut tes untuk bekerja, tesnya
sangat sederhana, yaitu tes IQ. Orang dengan IQ yang baik tentu bisa lulus.
Tapi soal diberikan dalam bahasa Inggris. Hasilnya, lebih dari separuh peserta
berguguran di tahap pertama, padahal setahu saya mereka semua cerdas. Rendahnya
kemampuan berbahasa Inggris membuat mereka gagal.
Kenyataannya,
“pindah jalur” bagi saya adalah kesempatan untuk belajar, memperluas cakrawala
ilmu. Dengan pindah jalur, saya punya kesempatan untuk belajar banyak tentang
seluk beluk bisnis. Ada aspek pembinaan SDM, pengelolaan keuangan, pembiayaan,
dan pajak. Pendek kata, saya belajar bagaimana membangun dan mengelola
perusahaan yang sehat, menghasilkan keuntungan.
Jadi,
dari pengalaman saya, lulusan jurusan fisika sebenarnya bisa bekerja sebagai
apa saja yang mereka inginkan. Syaratnya, mereka harus membangun kompetensi
untuk hal itu, dan mau terus belajar. Baik bekerja pada bidang yang secara
langsung berkaitan dengan fisika, maupun ketika bekerja di bidang yang sama
sekali berbeda (pindah jalur). Jadi, tidak ada alasan untuk khawatir akan jadi
pengangguran.
Prinsip
ini sebenarnya berlaku untuk semua jurusan. Tidak ada orang yang menganggur
karena salah pilih jurusan waktu kuliah. Orang menganggur karena tak kompeten.